Pages

Selasa, 30 November 2010

Malaikat Bersayap Satu

Kamu dah gila ya?” Teriak Ben sambil terus berusaha menarik tubuh Rany agar tidak semakin terbawa ombak yang menggila itu.“ Lepasin...!!! “ Rany berontak.Tapi Ben tak peduli. Dia terusmenarik tubuh Rany.Berkali-kali mereka berdua terhempas gelombang. Hujan yang turun deras semakin membuat gelombang laut semakin membesar.Akhirnya dengan kesal Ben memukul tengkuk Rany. Sekali pukulan gadis itu langsung pingsan. Dengan begitu dengan mudah Ben menarik tubuh Rany ke daratan.Beberapa menit kemudian. ” Aku di mana?” Rany mulai siuman. Diamati keadaan sekelilingnya. Sambil memegangi tengkuknya yang terasa nyeri Rany coba mengingat-ingat apa yang terjadi. Tadi dia hampir tenggelam di laut, dan sekarang kenapa ada di dalam mobil? Rany terkejut saat mendapati Ben yang tengah menatapnya dari kursi depan. ” Kamu?! ” Pekik Rany ” Apa?! ”
Bentak Ben. ” Kok kamu....” ” Kenapa? Heran? Kamu tuh ya!... kamu dah gila ya? Ombak kayak gitu nekat berenang! ” kata Ben kesal. ’’ Apa urusanmu? ” Rany ganti membentak. ” Apa?...” Ben kaget dibentak seperti itu. ” Heh...emang sih bukan urusanku...Cuma, pertama. Aku gak mau tempat favoritku tercemar karena mayat kamu.Kedua.. berhubung tiap malem aku ngabisin waktu di situ, aku gak mau hantu kamu ganggu suasana jelas?!” kata Ben. ” Jelas!” Rany mangut-mangut. Ben tersenyum menang.” Jelas banget kalo kamu tuh emang orang aneh!” Sambung Rany. ” Apa kamu bilang?” Ben melotot. ” Kamu tuh ya! Udah di selametin mati-matian bukannya terima kasih....” ” Kamu tuh sapa sih?” Potong Rany. ” Maksud kamu?” Ben tak mengerti. ” Iya...kamu tuh sapa? Seenaknya aja marah-marah sama aku! ” Rany berkacak pinggang. ” Waa...ah ternyata kamu emang bener-bener cewek yang nyebelin ya?”Ben geleng-geleng. ” Aa...aah...terserah kamu mau ngomong apa!” Kata Rany sambil beranjak. Berlama-lama sama cowok ini membuat dia tambah stres. Rany menatap ke luar mobil. Tapi...kok hujannya deras sekali. Batin Rany. ” Mau pergi?” Tanya Ben.Rany menatap Ben ” Ya udah...pergi aja!” Ejek Ben. Rany mendengus kesal. Rasanya pengen menonjok muka cowok itu. Baru saja dia akan keluar dari mobil, tiba-tiba petir menggelegar. Spontan Rany menutup pintu mobil. Ben tertawa cekakakan. Rany menatap Ben penuh kebencian. “ Makanya jadi orang jangan sok!” Ben tertawa penuh kemenangan. Rany bertambah muak. Tapi bagaimana lagi, langit benar-benar gak bersahabat. Dan untuk tersambar petir Rany harus mikir-mikir. Menit demi menitpun berlalu. Mereka berdua diam tanpa komentar. Hujan masih turun dengan deras. Rany menatap Ben yang asik dengan Ipodnya. Mata Ben terpejam, tapi mulutnya komat-kamit mengikuti alunan musik dari earphone di telinganya.Rany mengamati raut muka Ben yang tampak innocent. Hidungnya mancung,rahangnya yang kokoh, keliatan banget kalau cowok itu keras kepala. Tapi sebenernya cowok itu baik juga. Mau menolong Rany. Rany mulai merasa apa bener omongan Ben kalau dia memang nyebelin dan gak tahu terima kasih. ” Hei...” Rany menepuk pundak Ben. Ben terkejut. Ditatapnya Rany. ” Apa?!” Tanya Ben.Suaranya keras Karena pengaruh earphone di telinganya. Rany memberi kode untuk melepas earphone. “ Apa?!” Suara Ben normal setelah melepas earphonenya. ” Terima kasih ya. Kamu dah nolongin aku.” Kata Rany. Ben terkejut. Di tatapnya mata Rany. Ben tak percaya kalau cewek aneh, galak, dan super nyebelin itu berterima kasih sama dia. ” Apa?” Tanya Ben pura-pura gak denger. ” Aku bilang...Terima Kasih! ” Rany jadi galak. ” Iya...iya.” Ben tertawa. ” Terus?” ” Terus?” Rany mengerutkan kening. ” Masa Cuma gitu? Kamu gak bilang minta maaf karena udah ngatain aku orang aneh?” Kata Ben. Rany tertawa. ” Iya...aku minta maaf. Aku dah bilang kamu Aneh.” ” Apa? Gak kedengeran. Ulangi ” Goda Ben ” Udah deh...gak usah mulai lagi! ” Bentak Rany. Ben tertawa. ” Nah gitu dong. Berhubung kamu dah minta maaf, nih...buat kamu.” Ben mengangsurkan plastik hitam ke Rany. ” Apaan nih?” Tanya Rany. ” Buka aja.” Rany membuka bungkusan itu. Ternyata sebuah bakpau dan sekaleng fanta strowberry. ” Udah...jangan diliatin aja. Kamu pasti laper kan? Apalagi abis kelelep tadi.” Ben nyengir. Rany tersenyum sambil menatap Ben. Ternyata cowok ini baik juga.Tapi kenapa dia tadi nyebelin banget?. Atau jangan-jangan cowok ini punya kepribadian ganda? Ah..gak peduli. Rany langsung memakan bakpau itu. Dia emang laper berat. Tapi...ini sih gak bikin kenyang. ” Sorry... adanya itu. Nanti kalau montirnya dateng buat benerin mobil, aku traktir mie jepang.” Kata Ben. ” Oh ya...aku Ben. Kamu?” Ben mengulurkan tangannya. ” Rany.” Sambut RanyBeberapa menit kemudian. ” Eh ujannya dah reda, tapi kok montirnya belum dateng ya?” Kata Ben ” Em..Ben..aku pergi dulu ya. Tanks buat bakpaunya.” Kata Rany. ” Mau pergi sekarang?” Tanya Ben. ” Iya.” Jawab Rany. ” Ya udah, hati-hati.” ” Sekali lagi makasih ya Ben.” Kata Rany. ” Iya, nyante aja.Kamu gak bareng aku aja?” ” Tanks Ben,aku masih pengen di sini. Barang-barangku masih di pantai.” ” Tapi ne dah malem.” ” Gak papa. Aku dah biasa di sini kok.” ” Ya udah, terserah kamu aja.” Kata Ben. ” Oh ya...ne jaketmu.” Rany melepas jaket dan menyerahkan ke Ben. Malam itu langit begitu cerah.Mendung telah menghilang.Satu persatu bintang bermunculan. Ombakpun berubah tenang. Rany duduk di pasir yang gelap dan lembab. Dipeluknya kedua lututnya. Dia berusaha melupakan kejadian tadi sore. Kejadian bodoh. Apa yang terjadi kalau tadi tak ada Ben. Mungkin.... Rany mulai terisak. Kebodohannya, kekalahannya...semua menari-nari di benaknya. Rany spontan menoleh saat menyadari ada seseorang telah berdiri di belakangnya. ” Ben? Kamu? Bukankah kamu...” Rany terkejut saat melihat Ben. ” Montirnya belum dateng. Jadi aku ke sini.” Kata Ben sambil duduk disamping Rany. Rany mengusap airmatanya. ” Kenapa berhenti?” tanya Ben. Rany menoleh. ” Kalau dengan menangis bisa buat kamu tenang kenapa berhenti? Bukankah mendung akan lenyap bila sudah menjadi hujan? ” Ben tersenyum menatap Rany. Rany terdiam. Ajaib. Kenapa sekarang dia gak bisa nangis lagi. Kenapa tiba-tiba rasa sedihnya tak terasa lagi? Kenapa tiba-tiba hatinya terasa sejuk? ” Ben...kamu pasti nganggep aku cewek bodoh kan?” ” Enggak juga.Aku gak nyalahin orang yang berbuat konyol kayak kamu. Aku ngerti. Kamu Cuma pengen lari dari masalah. Tapi caramu tadi pengecut banget.” ” Kamu gak akan ngerti perasaanku.” ” Emang sih aku gak ngerti apa yang kamu rasain. Tapi aku ngerti kamu lebih kuat dari yang aku bayangkan. Semua masalah pasti ada penyelesainnya.” Rany terdiam. ” Cobalah untuk mencintai masalah yang kamu hadapi seperti kamu mencintai semua kenikmatan yang kau rasakan. Karena sebenernya masalah di ciptakan untuk dinikmati. Sedangkan kenikmatan diciptakan untuk menjadi masalah.” Lanjut Ben. Rany menatap Ben. Lalu dia tersenyum. ” Iya ya Ben. Cuma ngadepin masalah gini aja sampai mau bunuh diri. Lagian cowok kan banyak...” kata Rany. ” Cowok? Jadi, ini masalah cowok? ” ben heran. ” Iya...” Rany nyengir. ” kenapa? Cowokmu selingkuh?” ” Yup. Padahal aku sayang banget sama dia.” “ Oo…” “ Aku Cuma kecewa Ben. Saat aku mcoba percaya sama dia, setia sama dia, tapi ini yang aku dapat.” Kata Rany. “ Mungkin karena kamu pamrih.” “ Pamrih?” “ Iya. Tanpa kamu sadari, tiap kamu ngelakuin sesuatu buat cowokmu kamu mengharapkan dia juga akan melakukan hal yang sama buat kamu. Jadi saat dia kayak gini sama kamu, kamu kecewa bangetkan? Nah sekarang coba kamu pikir... ternyata Tuhan gak rela kamu berjodoh sama dia. Karena kamu udah di siapin jodoh terbaik dari Tuhan.” Tanya Ben. Bener juga omongan Ben. Ternyata cowok itu lebih dewasa dari yang di lihat. Batin Rany. ”Ran, cowok di dunia ini stocknya banyak. Kalau kamu kehilangan, kamu bisa cari lagi. Tapi, kalau Ayah, gak ada gantinya Ran.” ” Maksudnya?” ” Ayahku dah lama sakit keras. Dan aku takut banget kehilangan dia.” Ben menatap Rany. Sejenak Rany terkesima saat menangkap bias bening di mata Ben. ” Udah lama banget Ayah Cuma terbaring di tempat tidur. Dokter bilang, kondisi Ayah parah banget. Kadang hati kecil aku bilang, aku harus pasrah kalau sewaktu-waktu Ayah pergi. Aku gak tega kalau Ayah menderita seperti itu. Tapi...aku takut banget kehilangan Ayah.” Ben menunduk.

0 komentar: