Pages

Selasa, 30 November 2010

Halte

Namaku rigel, lengkapnya rigel. Pendek memang, entah mengapa kedua orang tuaku memberi nama itu. Sejak kecil hingga sekarang aku tak pernah menanyakannya, oh iya aku ingat, kira-kira sewaktu berumur 12 tahun saat tepat dihari ulang tahunku, ayahku pernah memberitahukan kenapa aku diberi nama rigel, tapi sayangnya aku lupa.
Sejak remaja sampai sekarang aku tak pernah pacaran, jangankan pacaran, duduk dekat seorang perempuan aku bisa keringatan. Itu Cuma duduk berdekatan, apalagi di ajak ngobrol, bisa-bisa aku mimisan atau parah-parahnya tiba-tiba pergi meninggalkan perempuan itu.
Siang itu aku sedang berdiri di halte, sudah seminggu ini aku dihalte ini. Beberapa bis kota melewati halte, tapi kubiarkan karena aku masih menikmati sebatang rokokku,Tiba-tiba aku dikagetkan dengan sebuah bis yang berhenti mendadak. Turunlah seorang perempuan, rambutnya panjang hitam wanginya sampai tercium olehku, matanya, ya matanya sangat indah, besar namun teduh, bibirnya sedikit merah tapi bukan karena lipstick, apalagi kulitnya, aku paling suka dengan perempuan berkulit putih.
Perempuan itu sibuk dengan tas-nya, sepertinya ada yang dicari. Aku masih memperhatikannya, setiap geraknya ku ikuti dengan mataku. Jantungku berdegup kencang, sampai-sampai aku memeganginya agar tak terlihat oleh perempuan itu. Malu rasanya jantungku terlihat berdegup kencang. Tapi seperti biasanya aku hanya berani melihat. Aku tak berani mendekat.
Perempuan itu kini duduk didekatku berdiri, kini bukan hanya jantungku yang berdegup kencang, tapi kakiku sekarang bergetar, kalau saja aku tidak berpegangan dengan tiang halte mungkin saja aku akan roboh.

“maaf, boleh kenalan ??”tanyaku, Tanganku ku-ulurkan, Perempuan itu diam sejenak dan memperhatikanku dari atas sampai bawah, “maaf sudah saya bilang! saya gak mau diganggu!” jawab perempuan itu datar. kemudian pergi meninggalkan ku begitu saja.

****

“rigel sekarang kamu berumur 12 tahun, namamu ayah ambil dari nama sebuah rasi bintang. Agar kelak dewasa nanti kamu akan tetap memiliki hati setinggi bintang, meski kakimu hanya satu, tapi ingat tak ada yg bisa membuat hatimu rendah, dan jangan pernah takut dengan keinginanmu…!” tiba-tiba aku ingat apa yg dikatakan oleh ayahku saat aku berulang tahun di umur 12 tahun, dan aku pun tersenyum sambil memandangi perempuan berambut hitam, bermata besar tapi teduh dan berbibir merah tapi tak berlipstik itu pergi meninggalkanku seperti biasanya.

dan aku besok akan dihalte ini lagi...menunggunya.
selalu...

0 komentar: