Pages

Selasa, 23 November 2010

Kehangatan Senyummu- (cerpen)

Kei kenalkan," GC melirikku dengan malu-malu. "Ini pacar kakak, Purity."
"Halo, Kei...Panggil saja aku Pii," Aku berusaha tersenyum manis pada anak kelas 1 SMA didepanku itu.
Kei memandangku dengan sinis, tatapannya membuatku sedikit minder.
Kei menunjuk pada pintu keluar rumahnya, "Yak, perkenalannya sudah cukup, silahkan pintu keluarnya disana," katanya kesal.
Heh?
"Kei!!" GC langsung memeluk Kei dari belakang, dicekiknya leher adiknya dengan lengannya.
"Aku serius! Lepaskan aku!" Teriak Kei sambil berusaha melepaskan tangan GC yang sepertinya membuatnya sesak.
Aku hanya tertawa kecil menyaksikan kehebohan mereka, apalagi Kei yang terus meraung-raung untuk dilepaskan.

GC adalah laki-laki yang kukenal dari teman. Dia baik dan polos, kebaikkannya membuatku melayang. Dan aku baru tahu bahwa orang tua GC telah tiada 2 tahun yang lalu dan sekarang dia hanya tinggal dengan adik laki-lakinya Kei yang masih kelas 1 SMA. Dia adalah pekerja keras yang menjadi tulang punggung keluarganya. Aku menyukainya.
Setiap hari sejak
perkenalanku dengan Kei, aku berusaha untuk membantu GC dengan pekerjaan rumahnya. Sebelum dia pulang aku ingin memasakan makanan sehat untuknya. Aku ingin bisa berbuat sesuatu untuknya.
"Kenapa kau bisa suka pada kakakku?" Tanya Kei padaku yang sedang memasak di dapur kecil mereka. "Dia bodoh kan?" Lanjutnya.
Aku tersenyum, "Aku suka dia apa adanya kok, GC adalah orang yang baik."
"Siapa yang baik?" GC yang baru pulang dari kerjanya tiba-tiba masuk.
"Aku-!" Jawab Kei dengan cepat.
Aku hanya tertawa.

"Kei, aku punya berita baik!" GC dengan bersemangat mendekat kearah Kei.
Aku hanya menatapnya dengan helaan nafas.
"Aku akan bekerja di Surabaya!"
Kei langsung berdiri dari sofa sementara tanpa kusadari aku menjatuhkan spatula yang kupegang.
"Surabaya?!" Teriak Kei menggema.
"Iya, kakak bisa dapat uang lebih banyak-"
"Berarti kita harus pindah?!"
"Tidak, aku akan bekerja di sana dan pulang seminggu sekali, karena kita tidak punya uang untuk pindah kan Kei?"
Aku hanya terdiam, aku heran dia masih bisa cengengesan dengan berita seperti itu.
"Kau akan ke Surabaya?" Aku yang dari tadi terdiam mulai bicara.
"Ya! Aku bisa memulai pekerjaan profesional~" Semangat GC semakin membara.
"Berarti kalian bakalan jarang ketemu dong?" Kei berusaha mengerti kebodohan kakaknya yang tidak sadar akan hal itu.
"Eh?" GC mulai menyadari kebodohannya. "Iya ya," Katanya pelan.
"Tak apa," Aku berusaha tersenyum. "Hubungan jarak jauh juga menyenangkan," Aku berusaha mengerti kebahagiaan GC.
"Pii memang luar biasa-" GC langsung berlari memelukku. Aku menikmati kehangatan tubuh GC dan merasakan kebaikannya.
Sejak GC pergi aku masih suka datang ke rumah mereka karena dititipi Kei oleh GC. Sebenarnya Kei tidak butuh tapi selain alasan itu aku juga memutuskannya atas keinginanku sendiri.
"Tidakkah kau takut datang ke rumah ini?" Kei yang baru pulang sekolah menatapku yang sedang asik menonton TV di rumahnya.
"Kenapa?" Tanyaku heran.
"Meskipun aku baru 15 tahun, aku ini laki-laki loh," Kei berusaha menakut-nakuti.
"Tidak, Kei kan hanya anak-anak," Candaku sambil tertawa puas.
Kei hanya menggerutu.
Aku selalu menaruh Handphone disakuku setiap saat agar saat GC menelepon aku bisa melepas kerinduanku padanya. Saat GC pulang aku memanfaatkan waktu agar selalu berada disampingnya, aku ingin terus berada disampingnya.
Tapi, pada satu titik entah kenapa rasa rinduku yang meluap-luap membuatku mengeluarkan air mata. Rasa rindu, rasa lelah, rasa iri dan rasa bosan berkecamuk dikepalaku.
"Ada apa?" Kei yang baru masuk dengan tubuh basah kuyup karena hujan diluar mendekatiku yang terduduk di sofa ruang tamu.
"Entah kenapa aku tidak tahan dengan hubungan seperti ini," Aku berusaha berkata meskipun seluruh tubuhku bergetar karena menangis. "Aku mencintai GC, tapi..."
"Berpalinglah padaku," Kei menatapku dengan matanya yang tajam dan rambutnya yang terjatuh karena basah. "Aku menyukai Pii," Tegasnya.
Kei berusaha menciumku, saat itu tubuhku tidak bisa melawan, Kei bagaikan sisi kasar dari GC, begitu jahat tapi hangat. Aku sadar Kei lebih muda 5 tahun dariku, tapi semakin sering aku berada disampingnya aku...
"Aku tidak bisa," Aku mendorong Kei.
Aku berlari ke salah satu ruangan dirumah ini, dan ternyata itu adalah kamar GC. Kukunci pintunya erat-erat dan aku terjatuh tepat di belakang pintu itu.
Kei memukul pintu itu, aku hanya terdiam.
"Aku suka, suka..." Kata-kata Kei terdengar samar ditelingaku.
Perasaanku yang meluap-luap ini tumpah. Entah kenapa aku tidak keberatan disentuh olehnya, tapi saat aku ingat GC aku harus menolaknya.
Hari saat kepulangan GC, membuatku datang lagi ke rumah itu setelah 3 hari aku tidak pergi ke sana sejak kejadian itu. Kei menatapku dengan biasa, akupun berusaha bersikap biasa. Wajah GC yang ramah menghangatkanku, aku menggengam tangannya, kami hari ini berencana pergi jalan-jalan sejenak untuk melepas rindu.
GC dan aku berhenti disebuah taman dengan pohon-pohon rindang. Kami terduduk diam disana,
"Aku sangat bahagia waktu Pii menyatakan cinta padaku," GC memulai pembicaraan. "Tatapan Pii yang begitu tulus suka padaku, aku menyukainya," Lanjutnya.
"GC," Aku tidak tahu harus berkata apa.
"Tapi," GC menutup mataku dengan tangannya. "Tatapan ragumu itu, aku tidak suka melihatnya, aku ingin melihatmu yang menyukai dengan jujur. Bisa perlihatkan mata itu lagi padaku meskipun bukan ditujukan untukku?"
Tangan GC yang besar membuat mataku yang tertutup melihat bayangan Kei. Kata-kata GC yang seperti itu membuat otakku dipenuhi Kei. Aku tidak mengerti kenapa aku kembali menangis.
"GC, aku... minta maaf."
GC tersenyum, kembali tersenyum seperti dulu saat kami pertama kali bertemu... saat aku jatuh cinta pada kehangatannya.
Tanpa sadar aku berlari meninggalkan GC, aku berlari ke depan rumah GC. Aku membuka pintunya dengan perlahan dan Kei terduduk di sofa sambil menatap kosong.
"Kei!" Teriakku membuyarkan pikiran Kei. Dilihatnya aku yang berdiri di pintu. "Tumbuhlah dewasa, saat itu, aku baru akan menerimamu!"
Kei tersentak, dia terdiam sejenak lalu tersenyum. Senyuman yang kembali membuatku tidak dapat berkutik. Aku bersyukur bertemu dengan GC, karena dia memang laki-laki yang begitu baik yang membuatku bertemu dengannya.

0 komentar: